Strategi Rahasia untuk Mengatasi Rasa Malas yang Sering Terlewatkan

Daftar Isi

 

Strategi Rahasia untuk Mengatasi Rasa Malas yang Sering Terlewatkan

PKBM SILOAM - Oke, mari saya mulai dengan sebuah pengakuan: saya malas banget waktu dulu! Ada hari-hari di mana bahkan mengganti kaus kaki rasanya seperti mendaki gunung. Tapi akhirnya, setelah sekian lama trial and error, saya menemukan beberapa cara rahasia (yang sebenarnya lebih simpel dari yang Anda kira) untuk keluar dari jebakan rasa malas itu. Bukan berarti saya sekarang sepenuhnya bebas dari malas ya—saya cuma tahu trik untuk "mengelabui" rasa malas itu sendiri.

Salah satu momen paling buruk adalah saat saya mencoba mulai rutin olahraga. Awalnya, saya membeli semua perlengkapan yang keren—sepatu lari, smartwatch, botol minum estetik. Tapi, tahu apa? Semua itu cuma numpuk di sudut kamar selama berminggu-minggu. Setiap kali ingin mulai, saya selalu berpikir, "Nanti aja deh, masih ada waktu." Sampai akhirnya, saya membaca buku yang menyebutkan konsep "aturan 2 menit"—ini mengubah segalanya.  

Idenya sederhana: kalau ada sesuatu yang terasa berat banget untuk dilakukan, coba pecah jadi langkah yang cuma butuh waktu 2 menit. Jadi, alih-alih memaksa diri untuk lari 5 km, saya hanya bilang ke diri sendiri, "Oke, cukup pakai sepatu lari dulu." Anehnya, begitu saya sudah pakai sepatu, langkah berikutnya terasa jauh lebih ringan. Kadang malah, saya akhirnya lari beneran!  

Tapi tunggu, ini nggak cuma soal olahraga. Saya juga pakai trik ini untuk pekerjaan. Kalau sedang malas banget buka laptop, saya cuma bilang ke diri sendiri, "Buka laptop, duduk di meja, terus lihat daftar tugas. Itu aja." Biasanya, setelah itu, saya otomatis mulai ngerjain sesuatu, walau hanya 10 menit. Dan, hei, itu jauh lebih baik daripada nggak ngapa-ngapain sama sekali, kan?  

Lalu, ada lagi yang saya sadari—rasa malas sering muncul karena saya terlalu banyak membuat keputusan dalam sehari. Istilahnya decision fatigue. Dulu, saya selalu ribet mikir, "Mau ngerjain tugas A dulu atau B? Minum kopi dulu atau teh?" Akhirnya, saya mulai bikin to-do list malam sebelumnya. Tapi, yang penting, saya cuma pilih 3 hal "paling prioritas". Sisa yang lain? Kalau sempat, bagus. Kalau nggak, ya udah. Ini bikin saya nggak overwhelmed dan lebih gampang untuk mulai.

Oh, dan satu lagi, jangan anggap remeh lingkungan Anda. Saya pernah coba kerja di kamar sambil nonton serial favorit di background. Gagal total. Kalau saya tahu meja kerja lagi berantakan, saya udah pasti malas duduk di sana. Jadi, saya mulai bikin aturan kecil—beresin meja tiap pagi selama 5 menit. Hasilnya? Saya jadi lebih rajin karena nggak ada alasan untuk menunda-nunda.

Terakhir, saya ingin bilang ini: rasa malas itu normal, dan nggak selalu buruk. Kadang, itu cuma cara tubuh atau pikiran kita bilang, "Hey, kamu butuh istirahat." Jadi, jangan terlalu keras sama diri sendiri, ya. Fokus aja ke langkah kecil yang bisa Anda ambil sekarang, bukan hasil akhirnya.  

Itulah beberapa "strategi rahasia" yang sering terlewatkan. Apakah semuanya selalu berhasil? Nggak juga. Tapi, kalau Anda konsisten mencobanya, rasa malas itu bakal lebih gampang dikendalikan. Dan siapa tahu, Anda malah jadi lebih produktif daripada yang Anda bayangkan! 😉

Posting Komentar